Semburat Pelangi Air Terjun Tegenungan
15.30.00Air Terjun Tegenungan menjadi pilihan karena selain dekat dengan tempat saya tinggal, kami berpikir mungkin saja tempat ini masih sepi sehingga kami bisa memasang hammock dan bersantai sembari menikmati gemericik air terjun. Berbekal informasi di internet dan peta di gawai, kami memacu sepeda motor menuju Gianyar. Empat puluh lima menit waktu yang kami butuhkan untuk tiba di tempat tujuan dari Denpasar, begitu perkiraan waktu yang muncul di peta. Ah, itu tidak begitu lama, pikir saya. Lagi pula kondisi jalanan tidak sedang ramai, jadi bisa saja kami sampai lebih cepat.
Perjalanan menuju Air Terjun Tegenungan bukannya tanpa rintangan, tapi justru hal ini bagian menariknya. Kehati-hatian saat mencari pijakan sangat diperlukan agar tidak terpeleset saat berjalan. |
Setelah menebus tiket sukarela - kami memberi lima ribu untuk satu orang - dan menuliskan nama kami di buku tamu, seorang anak kecil yang bertindak sebagai guide lokal menawari kami sebagai penunjuk jalan. Kami menolak dengan halus karena dari tempat kami berdiri sudah terdengar gemuruh suara air terjun. Apalagi hanya ada satu jalan setapak. Jadi tak mungkin kami tersesat dalam perjalanan menuju air terjun.
Menyusuri jalur yang masih alami dengan pemandangan tebing batu besar di sepanjang jalur menuju Air Terjun Tegenungan menjadi pengalaman tersendiri. |
Pengawasan dari orang tua sangat diperlukan saat mengajak anak-anaknya bermain air di Air Terjun Tegenungan karena debit air yang tinggi dan kedalaman yang mencapai leher orang dewasa |
Baca juga:
Tak ada keindahan yang abadi. Pelangi yang muncul secara mendadak kini mulai kabur bersamaan dengan matahari yang tergelincir ke barat. Suasana menjadi lebih dingin. Membuat suara gemeretak gigi kami menjadi semakin jelas saat menggigil kedinginan. Ditambah lagi pakaian kami yang basah tanpa membawa baju ganti karena sebelumnya kami memang tak berencana untuk berenang. Alhasil kami pun pulang ke rumah dengan pakaian basah yang masih melekat di badan.
0 komentar