Menyambut Pagi di Hutan Pinus Mangunan
09.07.00
Tetiba saya langsung merasa kerdil saat
pertama kali menjejakkan kaki ke dalam hutan pinus Mangunan. Ratusan pohon
pinus menjulang tinggi bagai pilar-pilar yang menopang langit biru. Rimbunnya
dedaunan laksana payung teduh yang melindungi setiap makhluk di bawahnya dari
sengatan sinar mentari yang kadang menyengat kejam. Begitu rimbunnya dedaunan
pohon Pinus markusii. Hingga sinar matari pagi pun harus berpayah-payah
menerobos di sela-selanya. Justru dalam usahanya menyusup itu terpancar
indahnya semburat-semburat cahaya matahari pagi. Sungguh sebuah pemandangan
sedap bagi mata yang belum cukup terlelap. Satu dua detik kemudian kamera saya
dan Ucil sudah terarah ke sana. Beberapa detik selanjutnya pemandangan tersebut
sudah berpindah ke dalam kamera kami dengan beberapa angle berbeda.
Hujan yang turun malam sebelumnya dan
matari yang tak dapat leluasa menyentuhkan cahayanya ke tanah menjadikan tempat
ini cukup lembab. Kami berjalan masuk ke dalam hutan pinus lebih dalam.
Lebih ke tengah. Semakin ke dalam, aroma lembab pohon pinus makin kentara. Satu
persatu dari kami mulai berpencar. Masing-masing mengeksplore hutan dengan
caranya sendiri. Mencari sudut-sudut terbaik untuk mengambil gambar.
Hutan Pinus Mangunan juga dikenal dengan
sebutan Hutan Pinus Imogiri. Tapi sebenarnya tidak terletak di Imogiri
melainkan terletak di Mangunan, Bantul, Yogyakarta. Banyak orang menyebutnya
Hutan Pinus Imogiri karena di daerah ini terdapat makam raja-raja Imogiri. Saya
tak tahu persisnya di sebelah mana dari hutan pinus ini karena ziarah tidak
masuk ke dalam agenda saya.
Padahal hari itu masih cukup pagi, tapi
para pengunjung sudah berjejalan di dalam hutan pinus mangunan ini. Ketenarannya
beberapa waktu belakangan menjadikan hutan pinus mangunan ini sebagai salah
satu tujuan wisata Yogyakarta di akhir pekan. Banyak yang datang untuk berburu
foto seperti kami, tapi ada juga yang datang hanya untuk sekedar berwisata
bersama keluarga dan teman-teman. Terlebih lagi tidak ada pungutan tiket untuk
memasuki areal hutan ini, hanya biaya parkir saja, tiga ribu rupiah untuk motor
dan sepuluh ribu rupiah untuk mobil.
Suasana hutan pinus yang sejuk dan
tenang membuat tempat ini cocok untuk bersantai. Pohon pinus yang tumbuh
berjajar hampir teratur dengan jarak yang berdekatan menjadi sarana yang tepat
untuk memasang hammock. Sadar akan kondisi tersebut, Ucil langsung mengikatkan tali hammocknya pada dua batang pohon pinus yang jaraknya tidak terlalu berjauhan. Beberapa menit kemudian saya mendengar sebuah dengkuran dari atas hammocknya.
Hampir di setiap sudut saya melihat hammock-hammock bergelantungan. Bahkan ada beberapa orang yang mengikatkan hammock secara bertingkat pada pohon yang sama. Orang yang menyewa hammock biasanya akan mendapatkan tutorial singkat bagaimana untuk naik ke atas hammock bertingkat dengan aman dari pengelola hutan. Warna-warni hammock menjadi pemanis pemandangan hutan,
bak pita-pita pada rambut hitam. Jika pun tidak membawa atau mempunyai
hammock, alternatifnya adalah menyewa atau tiduran saja di bangku-bangku kayu
yang sudah disediakan. Rasanya hampir sama, hanya sedikit kaku di badan.
Saya kembali berjalan berkeliling dan
mendapati beberapa gardu pandang serta beberapa tenda. Sekiranya hutan pinus
mangunan juga menjadi tujuan untuk camping. Apalagi saat bangun pagi mereka
tinggal naik ke gardu pandang untuk melihat matahari terbit dari ufuk timur.
Hanya membayangkannya saja membuat saya ingin sekali-sekali mencobanya. Mungkin
suatu saat nanti datang kembali untuk menyambut pagi di Hutan Pinus Mangunan.
0 komentar