Menggali Masa Lalu di Pasar Triwindu
09.19.00
Kepingan sejarah bisa saja tercecer di
mana saja, tak melulu di museum atau bangunan tua. Pasar menjadi salah satu
tempat di mana potongan sejarah kerap terselip. Interaksi orang-orang dari
berbagai daerah bukan tidak mungkin menyelipkan cerita sejarah atau bahkan
menorehkan sejarah baru. Apalagi fungsi pasar yang menjadi tempat jual beli. Di
sini berbagai barang dijual. Mulai dari barang kebutuhan sehari-hari hingga
barang-barang yang memiliki nilai historis. Pasar Triwindu di Solo adalah salah
satu contoh pasar yang menjajakan barang kuno dan antik.
Berbagai macam barang antik dijual di Pasar Triwindu, Solo. Seorang penjual sedang bersantai sambil menunggu pembeli. |
(Baca juga: Keliling Solo dengan Werkudara)
Rasa penasaran membawa kami berdua masuk
jauh ke dalam pasar. Sebuah mesin waktu seolah-olah membawa saya kembali ke
masa lalu begitu kaki menginjak pelataran Pasar Triwindu. Tempat ini layaknya
sebuah surga bagi para pecinta barang kuno dan antik. Berbagai macam barang antik dan kuno
dipajang di toko-toko. Mulai dari patung, uang, topeng, koin, lukisan, foto,
hingga perabot alat makan dan elektronik. Semua barang kuno tersebut tersedia
dengan berbagai ukuran dan bentuk. Umurnya pun juga beragam. Begitu juga dengan
harganya. Semakin antik dan memiliki nilai historis, semakin mahal harga barang
tersebut.
Kami berkeliling untuk melihat-lihat
berbagai koleksi barang antik yang dijajakan di Pasar Triwindu. Beberapa kali
kami berhenti untuk melihat lebih dekat benda-benda antik yang dipajang.
Mengira-ira bagaimana cara kerja dan seberapa tua barang tersebut. Untungnya
para penjual di Pasar Triwindu berbaik hati membiarkan kami menyentuh
barang-barang antik tersebut. Bahkan kami pun diperbolehkan untuk mengambil
gambar dengan gratis. Keadaan ini berbeda jika kita berkunjung ke pasar barang
antik di Kota Lama Semarang di mana pengunjung harus membayar atau memberi
sumbangan sukarela untuk setiap kali pengambilan gambar. Berbagai barang kuno
ini menyadarkan saya begitu banyak barang kuno yang tidak pernah saya lihat
sebelumnya. Pastinya setiap barang antik tersebut memiliki nilai historis yang
tidak ternilai harganya.
Tidak semua barang yang dijual di Pasar
Triwindu merupakan barang asli. Beberapa adalah barang replika karena barang
aslinya tidak boleh diperdagangkan. Seperti sebuah keping uang bergambar salah
satu tokoh wayang, Semar. "Ini bukan koin asli, mas," jawab penjual koin yang saya tanya tentang keaslian koin tersebut. "Ini cuma replikanya aja kok," imbuhnya. Barang replika tersebut mereka
dapatkan dari pembuatnya langsung. Meskipun replika, tetap saja barang tersebut
tidak murah. Untuk sebuah koin replika bergambar Semar bisa dihargai hingga
tujuh puluh lima ribu. Kejelian menjadi hal wajib yang harus dimiliki saat
berburu barang antik di sini.
Tidak hanya menjual barang antik,
sebagian besar penjual di sini bahkan bisa menuturkan riwayat yang terkandung
dari benda antik yang dijualnya. Seperti koin yang saya tanyakan, penjualnya
bercerita bahwa koin tersebut pernah berlaku di jaman Majapahit. Namun tidak
semua barang antik yang dijual mempunyai cerita yang spektakuler, beberapa
hanya didapatkan tanpa cerita. Walaupun begitu, mengetahui cerita dari setiap
benda antik yang dijual atau tidak, tetap saja Pasar Triwindu mampu
menghadirkan kembali suasana masa lalu yang mungkin sudah jarang dirasakan oleh
generasi gawai saat ini. Tertarik menggali cerita masa lalu? Coba saja kunjungi
Pasar Triwindu, Solo.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
0 komentar